Sunday, January 31, 2010

berbagi ilmu yang menyenangkan

Tadi pagi saya didaulat untuk menjadi pengisi materi di Wadah Kegiatan Mahasiswa Media Publica (WKM MP) tempat dulu saya menjadi anggotanya. Materi yang saya bawakan adalah Bahasa Indonesia Jurnalistik meliputi penggunaannya, EYD, tanda baca dan sebagainya karena MP adalah persma Fikom Moestopo. Saya tidak tahu mengapa para junior di MP mempercayakan saya menjadi pengisi materi tersebut. Padahal saya sendiri masih butuh banyak belajar tentang kebahasaan dalam jurnalistik. Akhirnya dengan waktu yang sangat mepet (saya baru dikonfirmasi sehari sebelum acara), saya mencoba untuk mencari2 buku tentang bahasa jurnalistik dan mengobrak-abrik bahan2 mata kuliah saya dulu. Setelah berhasil menemukan literatur bacaan saya langsung membaca secara singkat dan membuat ikhtisarnya. Saya sempat bingung karena merasa bahan yang saya dapatkan masih jauh dari kata cukup untuk berbagi ilmu kepada caang (calon anggota) MP yang akan menerima transfer pengetahuan saya tentang bahasa jurnalistik.

Pada hari H saya datang pukul 9 pagi karena ingin briefing dan berbincang sedikit dengan moderator saya. Hasil diskusi kemudian saya rangkum menjadi poin2 materi yang akan saya sampaikan. Pukul 10 caang sudah banyak yang datang dan sayapun segera memulai materi. Awalnya saya sempat grogi karena pertanyaan pembuka tentang perbedaan bahasa Indonesia biasa dengan bahasa jurnalistik tidak ada yang menjawab bahkan tidak ada yang menanggapi. Setelah saya pancing2 dengan humor barulah mereka berani "bersuara". Sesi penjelasan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Kebanyakan dari mereka mengaku masih bingung dengan bahasa Indonesia sehingga masih kesulitan dalam memahami bahasa jurnalistik. Struktur kalimat menjadi salah satu yang dianggao sulit.

Untungnya materi yang saya berikan mampu dicerna dengan baik oleh mereka, dan menjelang batas waktu saya memberikan permainan tentang bahasa yang memerlukan banyak perbendaharaan kosakata. Dari 5 kelompok ternyata hanya 2 yang berhasil menyelesaikan dengan baik. Dengan terpaksa saya harus memberikan hukuman kepada 2 kelompok yang kalah tersebut. Dengan diselingi humor akhirnya semua poin2 penting dari materi bahasa Indonesia jurnalistik sudah saya berikan dan nampaknya mereka cukup senang dengan pembawaan materi hari ini, hehehe..

Selesai memberikan materi saya langsung kembali ke rumah dan membayar hutang tidur saya akibat begadang demi membuat rangkuman2 materi. Batin saya pun merasa puas karena telah berbagi ilmu dan pengetahuan dengan mereka. Semoga bisa bermanfaat hingga mereka sukses nanti.

Thursday, January 28, 2010

bener-bener edan

Weekend lalu saya menonton tayangan John Pantau (kalau tidak salah hari minggu) di trans tv, hari itu adalah tayangan edisi "DPR". Awal acara dimulai dengan "memeriksa" kecanggihan mobil dinas yang baru-baru ini diterima oleh menteri yang sedang menjabat. Terlihat jelas bahwa mobil seharga milyaran rupiah itu memang sangat nyaman dan mewah. Di dalamnya tersedia pemanas kursi, kulkas kecil untuk minuman, kursi yang bisa memijat, hingga atap mobil yang dapat terbuka. Wow, saya langsung berpikir enak sekali ya jadi menteri dapat fasilitas serba mewah seperti itu. Asal jangan fasilitas negara itu pada akhirnya diakui atau berpindah tangan menjadi milik pribadi saja!

Kemudian John Pantau menghampiri seorang anggota DPR yang baru saja turun dari mobil mahal tersebut. Dengan sigap John Pantau menanyakan apakah pembelian mobil mewah itu termasuk pemborosan uang negara. Saya terkejut mendengar jawaban narasumber itu (saya lupa namanya) yang mengatakan bahwa seharusnya DPR disetarakan dengan presiden bukan dengan menteri. Dikatakannya pemberian mobil seharga milyaran tersebut merupakan down grade (penurunan tingkat). Narasumber tersebut mengatakan "presiden saja mobilnya Mercy, kita (DPR) juga seharusnya sama dengan presiden." Pernyataan tersebut langsung membuat saya geram. Bagaimana tidak?! Sudah enak diberi fasilitas mobil mewah masih saja merasa kurang dan minta disetarakan dengan presiden. Dasar manusia rakus!

Ada lagi sesi John Pantau mewawancarai sejumlah artis yang menjadi anggota DPR, namun pertanyaan yang diajukan bukan mengenai mobil melainkan tentang Indonesia yaitu seputar lagu Indonesia Raya, ayat-ayat dalam Pancasila, dan teks Proklamasi Indonesia. Ternyata jawaban2 mereka membuat saya ingin tertawa sekaligus miris hati. Primus Yustisio (artis favorit saya waktu saya masih SMA) diberikan pertanyaan apa bunyi pancasila sila ke 3, tapi jawabannya malah persatuan rakyat Indonesia (salah dikit sih). Kemudian Rachel Maryam ditanya bagaimana bunyi isi teks proklamasi, dijawabnya dengan tergagap dan salah. John Pantau sebagai pembawa acara dengan gayanya yang lucu hanya bisa tertawa mendengar jawaban tersebut.

Lalu John Pantau beralih ke Inggrid Kansil. Menurut saya inilah sesi "terlucu" dalam John Pantau edisi DPR. Saat ditanyakan apa itu hak angket, Inggrid Kansil sama sekali tidak bisa menjawab! Layaknya seorang murid yang ditanya hapalan oleh guru, ia pun mencoba mengingat apa itu hak angket. Padahal DPR waktu itu mengusulkan hak angket dalam mengusut kasus Century. Setelah cukup lama berpikir dan benar2 tidak ingat, akhirnya ia bertanya pada salah seorang staffnya (wawancara memang dilakukan di ruangan mereka). Alhasil, keusilan Jon Pantau makin menggila dengan mengajukan lagi pertanyaan kepada Inggrid yaitu apa beda hak angket dengan hak interpelasi. Seperti sudah diduga, tidak bisa dijawab dengan benar. Celotehan John Pantau yang sedikit menyindir dan gaya khasnya yang unik benar2 membuat penonton senyum-senyum kesal melihat anggota DPR ternyata tak bisa menjawab pertanyaan "mudah" itu.

Tak hanya Rachel, Primus, dan Inggrid saja yang ditanya, masih ada beberapa artis lagi seperti Eko Patrio dan yang lainnya (maaf saya lupa). Kebanyakan dari mereka tidak hapal Pancasila dan lagu Indonesia Raya saat ditanya. Seharusnya mereka malu menjadi anggota DPR tanpa memiliki pengetahuan dasar seperti itu. Kalah dengan masyarakat biasa yang saat ditanyakan hal yang sama mereka dapat menjawabnya dengan lancar dan tentunya benar.

Batin saya langsung berkata, baru ditanya seputar hal seperti itu saja mereka menjawab tidak bisa menjawab. Bagaimana jika mereka harus menjawab berbagai permasalahan rakyat yang tak kunjung membaik? Semoga saja kemampuan dan pengetahuan mereka tidak hanya seperti yang terlihat pada tayangan John Pantau ini. Ya, semoga saja.

Monday, January 25, 2010

persiapan interview

Besok gw ada interview untuk yang kesekian kalinya. Semangat sih tetep dong, gak mau nyerah sama keadaan, ahahaha.. Besok gw ada interview di Thamrin tepatnya majalah Cosmopolitan. Deg-degan lumyanlah, prepare2 udah, tinggal siapin mental aja nih.
Rencananya sih browsing2 1 hari sebelum interview buat nambah referensi2 ilmu, tapi nyatanya malah browsing yang gak penting2 banget. Kebiasaan banget deh!

Niat pertama browsing sih buat nyari2 informasi lengkap tentang majalah cosmopolitan, tapi lama2 malah download2 yang laen, hihihi.. Kacau dah.
Yaaa, berdoa aja supaya besok lancar dan syukur2 kalo keterima di situ. Harus penuh kayakinan! Tetap tanamkan pikiran positif biar besok mantab..
Ga mau gagal seperti pengalaman sebelumnya.

???

Tak mudah memang mengendalikan emosi.. Entah itu senang, sedih, marah, kecewa. Ketika emosi mulai terluapkan tanpa batas, maka yang terlihat adalah sebuah keegoisan. Letupan emosi tak berarah itu kadang membuatku menjadi lemah. Lemah karena tidak bisa menguasainya.