Sunday, March 28, 2010

detik-detik menyenangkan..

Sebenarnya kata "menyenangkan" pada judul hanya sebagai penyemangat untuk saya. Besok adalah ahri pertama saya mulai memasuki dunia kerja yang 'sebenarnya'. Dunia dimana saya harus bekerja untuk mendapatkan uang, kepuasan batin, dan tentunya pengalaman hidup.

Excited tapi deg-degan. hehehe..
Tapi saya tahu kalau ini harus dijalani. Yakin dan tetap kerja keras. Kesuksesan selalu membutuhkan pengorbanan dan usaha yang keras. Karena itu saya yakin bisa melaluinya.

amin!

Friday, March 26, 2010

Kerjaan Rejeki

Banyak yang bilang "rejeki gak bakal kemana2 ko, kalo udah rejeki pasti akhirnya dapet juga". Ungkapan itu ternyata baru saja saya alami. Berawal dari ketika lulus kuliah akhir tahun 2009, saya mulai mencari pekerjaan kemana-mana, apply sana-apply sini, interview sana-interview sini, ujung-ujungnya gak ada yang 'nyantol'. Sempat sedikit khawatir dan stress dengan pertambahan hari yang rasanya berganti begitu cepat namun belum juga dapat kerjaan. Sampai pada suatu hari tepatnya sore hari tanggal 22 Maret 2010 saya mendapat telepon dari kantor Tempo yang menawarkan saya untuk menjadi "calon reporter" (sebutan untuk reporter kontrak di Tempo). Kaget tidak percaya tapi juga ada perasaan senang. Saya pantas merasa senang karena beberapa bulan lalu saya sudah menjalani serangkaian tes saringan masuk untuk posisi calon reporter di PT. Tempo Inti Media, namun sayang saya gagal setelah mengikuti tahap akhir tes. Saat tahu bahwa saya tidak lolos, sedikit ada rasa putus asa. Bagaimana tidak, tes saringan masuk terdiri dari 6 tahap yang memakan waktu 1 bulan. Mulai tes psikotes, interview, tes TOEFL hingga medical check-up. Saya gagal di tahap terakhir.

Selepas dari Tempo itu saya mencari-cari lagi pekerjaan yang sesuai dengan jurusan saya, jurnalistik. Berbagai interview untuk berbagai jenis pekerjaan pun saya ikuti. Mulai dari account executive, copywriter, hingga posisi creative untuk Event Organizer, tapi entah kenapa saya merasa kurang sreg. Kegundahan hati ini berlangsung selama saya menganggur. Banyak yang mencemooh saya dan bilang kalau saya terlalu idealis, padahal saya pun kurang paham dengan kata "idealis" yang mereka maksudkan. Kebanyakan dari mereka menganjurkan saya bekerja di bank saja, cukup menjadi customer service, call center atau teller daripada lama menganggur. Saya hanya bisa tersenyum mendengar itu sambil berkata dalam hati, "saya ingin bekerja di media, saya ingin menjadi wartawan." Hanya segelintir orang yang bisa memahami keinginan saya itu dan memberi semangat untuk tetap mencapai harapan saya. Peran kakak dan pacar sangat membantu sebagai pemberi motivasi yang handal.

Harapan mulai tercapai. Telepon kejutan di sore hari itu membuat saya yakin bahwa setiap harapan membutuhkan usaha dan kesabaran. Akhirnya Tempo menjelaskan bahwa mereka membutuhkan 1 orang calon reporter lagi dan mereka memilih saya. Saya pun tak perlu tes atau interview. Saya hanya disuruh datang pada hari Senin untuk tanda tangan kontrak dan mulai langsung menjalani training. Meskipun kontrak untuk 1 tahun tapi saya merasa ini kesempatan bagus untuk saya. Sekarang saya ingin mempersiapkan mental menjadi seorang wartawan dan menetapkan harapan baru untuk karir saya ke depan.

Ternyata pekerjaan pun menganut prinsip rejeki takkan lari kemana.